Membuat Setiap Konsultasi Kesehatan Menjadi Bermakna: Mempromosikan Aktivitas Fisik di Layanan Kesehatan

Oleh Amanda Daley, Universitas Loughborough, Inggris

Di Inggris and Irlandia, pendekatan Making Every Contact Count bertujuan memanfaatkan ribuan konsultasi antara tenaga kesehatan dan pasien yang berlangsung setiap hari sebagai momen untuk mendorong perubahan perilaku sehat. Secara khusus, Making Every Contact Count dirancang agar tenaga kesehatan dapat memanfaatkan kesempatan yang muncul secara alami dalam praktik sehari-hari untuk memberikan intervensi singkat terkait perilaku sehat kepada pasien. Keberhasilan pendekatan ini bergantung pada kemauan tenaga kesehatan untuk berdiskusi setiap hari dengan pasien saat konsultasi. Making Every Contact Count terbuka untuk semua orang tanpa terbatas pada tenaga kesehatan, layanan kesehatan, atau pasien tertentu. Oleh karena itu, Making Every Contact Count menjadi pendekatan inklusif yang berpotensi mengurangi ketimpangan layanan kesehatan karena setiap pasien mendapatkan dukungan selama konsultasi. (more…)

What if it comes back? The question that is on the minds of those who experienced cancer treatment and their loved ones

By Gozde Ozakinci, University of Stirling 

Cancer is very much associated with scary statistics. For instance, like the one ‘1 in 2 people will develop some form of cancer in their lifetime’.  But there are encouraging developments too that suggests that cancer survival rates are improving.  The last count in 2018 suggests that there are nearly 44 million people who survived the cancer diagnosis and treatment in the world. This is welcome news to those who have experienced cancer diagnosis and treatment. 

The improvement in survival rates also means that more and more people live with the consequences of cancer treatment. One of these consequences is experiencing fears about cancer coming back. In the literature, it is defined as “fear, worry, or concern relating to the possibility that cancer will come back or progress” and recognised widely as one of the most significant issues that impact on the quality of life of those living after a cancer diagnosis.  (more…)

Memahami apa yang mempengaruhi donasi organ

Oleh Dr Lee Shepherd, Universitas Northumbria, Inggris dan Profesor Ronan E. O’Carroll, Universitas Stirling, Inggris dan Profesor Eamonn Ferguson, Universitas Nottingham, Inggris

Ada banyak cerita tentang bagaimana transplantasi organ dari orang yang telah meninggal  membantu orang lain. Faktanya, setiap pendonor organ dapat mengubah hidup hingga sembilan orang. Namun, jumlah organ yang tersedia untuk transplantasi sangatlah sedikit. Kekurangan ini mengakibatkan daftar tunggu yang panjang dan banyak orang meninggal sebelum mereka menerima organ. Oleh karena itu, kita perlu memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kemungkinan seseorang mendonorkan organ tubuhnya ketika ia meninggal.

(more…)

“Mau jalan-jalan sebentar?” – Dukungan perubahan perilaku diadic untuk berjalan setelah stroke

Oleh Stephan Dombrowski, Universitas New Brunswick, Kanada

Berjalan menjauh dari kematian

Jalan kaki adalah salah satu bentuk gerakan manusia yang paling dasar dan dikaitkan dengan banyak manfaat kesehatan. Bukti menunjukkan bahwa orang yang lebih banyak berjalan kaki, mempunyai kemungkinan lebih kecil untuk meninggal sebelum waktunya, dan menunjukkan bahwa ada kemungkinan untuk menjauh dari kematian (setidaknya untuk sementara).

Berjalan dan stroke

Jalan kaki sebagai salah satu bentuk perilaku aktivitas fisik sangat bermanfaat bagi orang dengan stroke, yang merupakan penyebab utama kecacatan pada orang dewasa. Aktivitas fisik teratur pasca stroke dapat mengurangi risiko terulangnya stroke, membantu pemulihan dan meningkatkan fungsi tubuh, kesehatan, dan kesejahteraan individu secara keseluruhan. Namun, orang dengan stroke menghabiskan sekitar 75% waktu bangunnya untuk duduk, lebih banyak dibandingkan rekan seusianya. Namun, berjalan kaki adalah salah satu bentuk aktivitas fisik pasca stroke yang paling mungkin dilakukan – 95% orang dapat berjalan 11 minggu setelah stroke. Selain itu, jalan kaki merupakan bentuk aktivitas fisik yang disukai oleh orang dengan stroke karena dianggap mudah untuk dilakukan, menyenangkan, dan sering kali bersifat sosial. Pertanyaan kuncinya adalah bagaimana mendukung orang dengan stroke untuk lebih banyak berjalan?

(more…)

Terapi Penerimaan dan Komitmen: Pendekatan yang menjanjikan bagi mereka yang hidup dengan Long-COVID

Oleh Amy Barradell, University Hospitals of Leicester NHS Trust

Jika saya mengatakannya kepada Anda, Long-Covid, apa artinya bagi Anda?

Sekelompok orang yang tertular Virus Corona 2019 (COVID-19), terus mengalami gejala yang melemahkan selama lebih dari 4 minggu setelah infeksi akut. Mereka biasanya melaporkan gejala fisik (misalnya sesak napas, kelelahan) dan gejala psikologis (misalnya kecemasan, gangguan kognitif). Mereka yang mengalami gejala ini menyebutnya sebagai ‘Long-COVID’.

(more…)

Mempraktikkan teknik perubahan perilaku: Memanfaatkan sarana yang tersedia

oleh Marta Moreira Marques, Universitas NOVA Lisbon, Portugal

Teknik perubahan perilaku adalah batu bata dari bangungan intervensi perubahan perilaku. Mulai dari membantu seseorang meningkatkan aktivitas fisik, berhenti merokok atau mengikuti rencana pengobatan, teknik perubahan perilaku adalah sebuah alat yang bisa digunakan. Teknik perubahan perilaku yang umum biasanya mencakup penetapan tujuan, pemantauan diri, memberikan informasi tentang perilaku dan mengelola emosi.

(more…)

Komunikasi risiko yang efektif lebih dari sekadar perubahan perilaku: penilaian risiko pribadi         

Oleh Victoria Woof dan David French, Pusat Psikologi Kesehatan Manchester, Universitas Manchester, UK

Secara tradisional dalam ilmu kedokteran dan psikologi kesehatan, praktisi kesehatan sudah sudah membuat risiko penyakit yang khusus untuk setiap pasien dengan tujuan untuk mencegah penyakit. Ketika komunikasi mengenai risiko dapat membantu mengubah perilaku kesehatan, maka komunikasi mengenai risiko penyakit juga dapat berpotensi mengurangi perkembangan penyakit dan dapat menemukan penyakit saat masih dapat diobati. Misalnya mengkomunikasikan risiko penyakit kardiovaskular kepada pasien agar pasien meningkatkan latihan fisik dan memperbaiki pola makan untuk mengurangi risiko penyakit tersebut. Namun, ada tujuan dan hasil lain yang perlu dipertimbangkan saat menyampaikan informasi tentang risiko penyakit. Terutama karena tujuan praktisi kesehatan dan pasien atau anggota masyarakat mungkin tidak selalu sejalan. Ada beberapa tujuan yang berkaitan dengan mengkomunikasikan risiko penyakit, termasuk memfasilitasi pilihan pasien sesuai informasi yang diberikan dan menghasilkan respon afektif yang tepat, serta memotivasi perubahan perilaku. (more…)

Tetap termotivasi di tempat kerja dengan Job Crafting

oleh Janne Kaltiainen dan Jari Hakanen, Institut Kesehatan Kerja Finlandia, Finlandia

Bagian mana dari pekerjaan saya yang memotivasi, menarik, dan paling bermanfaat bagi kesejahteraan saya? Apa yang dapat saya buat agar mendapatkan lebih banyak hal positif tersebut dalam pekerjaan saya?

Ketika mulai merasa tertekan, sedikit bosan dan jenuh di tempat kerja, seorang perawat yang telah berkarir lama dan memiliki keahlian profesional yang kuat mulai menanyakan pertanyaan tersebut pada dirinya sendiri. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut menuntunnya untuk mulai mendampingi beberapa rekan yang lebih muda, membuatnya merasa lebih kompeten dalam pekerjaan dan lebih terhubung dengan rekan-rekannya, serta dapat menemukan kembali makna dari rutinitas sehari-harinya. Perubahan kecil tersebut meningkatkan kesejahteraan terkait pekerjaannya, dan yang terpenting, tidak membahayakan kegiatan dan efektivitas rumah sakit. Justru sebaliknya, rekan-rekannya merasa lebih didukung melalui pendampingan yang diberikan dan suasana di tempat kerja menjadi lebih baik.

(more…)

Membangun kolaborasi antara penelitian dan praktik perilaku untuk meningkatkan kesehatan

Oleh Katherine Brown, Universitas Hertfordshire, Britania Raya.

Isi konten blog ini diambil dari pengalaman saya selama bekerja di universitas dan di departemen kesehatan masyarakat pemerintah daerah, dengan berbagai kesempatan untuk menerapkan keterampilan saya dalam melakukan penelitian, pengembangan intervensi, dan evaluasi dalam praktik di lapangan. 

Baik ketika Anda menguji coba, mengelola, merancang, atau memberikan layanan kesehatan, setidaknya ada kemungkinan satu perilaku yang perlu diubah oleh pengguna layanan agar layanan yang diberikan dapat berhasil mencapai target. Hal ini terjadi karena, terlepas dari jenia penyakit yang menjadi target layanan, atau apakah penyakit tersebut menular (misalnya, flu, Covid-19, TBC, infeksi menular seksual) atau tidak menular (misalnya, penyakit jantung, COPD, diabetes tipe 2, obesitas), perilaku orang akan berkontribusi pada beban penyakit tersebut secara keseluruhan. Hal ini bukan bermaksud menyalahkan orang atas kesehatan yang buruk dan mereka dianggap bertanggung jawab sepenuhnya atas kesehatan dan kesejahteraannya sendiri. Justru sebaliknya! Status kesehatan seseorang juga merupakan konsekuensi dari determinan genetik, biologis, sosial dan lingkungan. Mempertimbangkan faktor-faktor ini adalah kunci untuk peningkatan dan perlindungan kesehatan.

(more…)

Hilang (dan ditemukan) dalam menerjemahkan: Komunikasi yang efektif dengan pasien


Zuzana Dankulincova, Universitas Pavol Jozef Safarik, Slovakia

Umumnya peneliti sudah menyadari bahwa menyebarluaskan hasil studi yang dilakukan merupakan tanggung jawab etis dan keharusan untuk diberikan kepada partisipan penelitian (dan berharap bahwa hasil penelitian tersebut memiliki implikasi praktis yang jelas), peralihan dari kesadaran akan bukti hasil penelitian sampai kepada implementasi yang luas dapat memakan waktu yang lama. Pengetahuan ilmiah tidak selalu dapat diterapkan pada praktik sehari-hari; ketika dapat diterapkan, biasanya tidak dilakukan secara konsisten atau sistematis.

(more…)