Teori perencanaan dan intervensi perubahan perilaku berbasis bukti: Pemetaan Intervensi/ Intervention Mapping

Oleh Gerjo Kok, Universitas Maastricht, Belanda; Universitas Texas di Houston, AS

Saat ini ada berbagai kampanye dan intervensi untuk meningkatkan kesehatan dan mengubah perilaku kesehatan masyarakat, tetapi banyak di antaranya tidak “berbasis teori dan bukti”. Terbitan ini akan menjelaskan secara singkat proses yang dilakukan oleh psikolog kesehatan ketika mengembangkan intervensi, dan menyoroti pembeda (dan peningkatan) pendekatan ini dari proses serupa lainnya yang biasa dilakukan.

 

Langkah-langkah

Merencanakan intervensi perubahan perilaku adalah proses yang harus dilakukan selangkah demi selangkah, yang mana seringkali termasuk juga dua langkah maju dan satu langkah mundur. Ini sangat penting, karena setiap langkah lanjutan direncanakan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya, dan kurangnya perhatian pada salah satu langkah dapat menyebabkan kesalahan dan pengambilan keputusan yang keliru pada tahap lainnya. Protokol Pemetaan Intervensi/ Intervention Mapping (IM) mengidentifikasi enam langkah pengembangan intervensi yang membantu tim perencana menyusun intervensi berdasarkan teori dan bukti:

Langkah 1: Penilaian kebutuhan/ Needs assessment

Pada langkah ini, tim perencana, yang terdiri dari semua pihak yang terlibat – termasuk populasi sasaran, pemangku kepentingan, pakar, peneliti, dan pelaksana – menilai masalah yang sedang ditangani. Proses ini termasuk juga mengidentifikasi sumber masalah baik perilaku maupun lingkungan, serta faktor penyebab perilaku dan kondisi lingkungan tersebut. Potongan-potongan identifikasi ini kemudian dapat digambarkan dalam “model logika” masalah – seperti contoh (yang disederhanakan) di bawah ini tentang pencegahan IMS/ HIV remaja – yang memberi gambaran jelas tentang bagaimana berbagai potongan informasi disatukan.

Langkah 2: Mengidentifikasi tujuan

Setelah masalah dan penyebabnya terdefinisikan dengan jelas, hasil dan tujuan program yang spesifik dapat didefinisikan juga. Termasuk menentukan cara untuk mengubah faktor perilaku individu dan lingkungan (pengambil keputusan) demi mengatasi masalah tersebut. Misalnya, dari model logika di atas, untuk mempromosikan penggunaan kondom pada remaja, intervensi harus meningkatkan persepsi risiko/ risk perception serta persepsi akan efektivitas kondom untuk mengurangi persepsi terhadap risiko. Intervensi juga harus memberi pengaruh kepada pasangan secara langsung, jika memungkinkan, perlu dikombinasikan dengan peningkatan keterampilan efikasi diri/ self-efficacy. Selanjutnya, tergantung pada norma sosial yang ada, akses ke layanan perencanaan keluarga dapat tersedia.

Langkah 3: Desain intervensi

Merancang intervensi yang koheren dan dapat dilakukan. Pada tahap ini, tim memilih metode intervensi berbasis teori dan aplikasi praktis untuk mengubah (factor penentu) perilaku dan menghasilkan tema program, komponen, ruang lingkup dan urutan pelaksanaan. IM membedakan metode (atau teknik) perubahan perilaku yang telah terbukti efektif dalam mengubah faktor penentu perilaku dan/ atau lingkungan. Misalnya, persepsi risiko dapat ditingkatkan dengan menggunakan informasi risiko berbasis skenario. Efikasi diri dapat ditingkatkan dengan pemodelan/ meniru dan umpan balik. Advokasi dan lobi dapat memengaruhi pengambilan keputusan di tingkat pengambil kebijakan. Semua metode perubahan ini perlu diterjemahkan ke dalam pelaksanaan yang praktis, dengan mempertimbangkan teori dan parameter berbasis bukti. Sebagai contoh untuk pemodelan: pelajar akan mengidentifikasi dirinya dengan sosok model, pelajar dapat mengamati bahwa sosok model diteguhkan, pelajar memiliki efikasi diri dan keterampilan yang cukup untuk melakukan tindakan, dan sosok model lebih berfungsi sebagai model/pola coping bukan sebagai ahli/ yang utama.

Langkah 4: Produksi intervensi

Ini adalah tahap produksi intervensi yang sebenarnya. Pada tahap ini, struktur program disempurnakan, dan pesan serta materi disusun, diuji coba, dan diproduksi. Untuk contoh di atas, program ‘Long Live Love’ di Belanda telah dikembangkan, diterapkan dan berulang kali telah ditunjuk untuk melakukan promosi seks yang aman kepada remaja di sekolah.

Langkah 5: Rencana pelaksanaan

Menghasilkan rencana pelaksanaan program. Tim mengidentifikasi pengguna yang dapat menggunakan program tersebut, menetapkan tujuan kinerja dan tujuan perubahan, dan merancang pelaksanaan intervensi, dengan sekali lagi menggunakan langkah-langkah IM. Untuk contoh di atas, intervensi tersebut menargetkan remaja berusia 14-15 tahun di sekolah. Penerapan intervensi menargetkan penyebaran ke sekolah-sekolah, adopsi oleh direktur dan guru sekolah, implementasi yang benar oleh para guru, dan akhirnya pelembagaan intervensi oleh direktur dan dewan sekolah.

Langkah 6: Rencana evaluasi efektivitas kegiatan

Mengembangkan intervensi bukanlah akhir dari proses. Sangat penting untuk mengevaluasi apakah intervensi telah mencapai tujuannya (dengan evaluasi efektivitas), dan apakah intervensi telah dilaksanakan sebagaimana mestinya atau tidak (dengan valuasi proses). Kegiatan dalam langkah 5 dan 6 harus dimulai sedini mungkin dalam proses perencanaan. Informasi dari evaluasi ini dapat digunakan untuk memperbaiki dan meningkatkan intervensi, dengan bergerak bolak-balik/ maju mundur di antara langkah-langkah yang ada.

Perspektif luas

Perencanaan intervensi perubahan perilaku harus selalu:

(1) Menggunakan teori perilaku dan bukti sebagai dasar;

(2) Menggunakan pendekatan ekologis untuk menilai dan mengintervensi masalah (kesehatan); dan

(3) Memastikan bahwa anggota di komunitas sasaran dan pemangku kepentingan lain yang terkait juga ikut berpartisipasi.

Satu individu dengan masalah kesehatan adalah bagian dari sebuah sistem, sama juga seperti solusi yang potensial untuk menyelesaikan masalah kesehatan. Oleh karena itu, partisipasi luas dari seluruh lapisan sistem masyakarat dapat membawa keterampilan, pengetahuan, dan keahlian yang lebih besar ke dalam program dan dapat meningkatkan efektivitas penerapan intervensi di dunia nyata serta memberikan cara terbaik untuk mengevaluasi intervensi.

Proses inti

IM juga menyarankan adanya “proses inti”, yaitu tindakan utama untuk menerapkan teori dan bukti: mengajukan pertanyaan, bertukar pikiran, meninjau temuan empiris, mengakses dan menggunakan teori, mengidentifikasi dan mendiskusikan kebutuhan untuk penelitian yang baru, dan merumuskan daftar kegiatan dari jawaban yang ada.

Tantangan utama yang dilatih secara khusus oleh psikolog kesehatan adalah proses mengakses dan menerapkan teori. Mencari literatur sebagai bukti tentang topik yang diangkat, tim perencana program akan menemukan ide-ide teoretis, serta konsep-konsep yang berkaitkan dengan teori. Akhirnya, tim perencana dapat menggunakan teori yang mereka ketahui, misalnya teori perilaku terencana untuk factor penentu perilaku, atau teori pengaturan diri untuk mengubah perilaku.

Rekomendasi praktis

  • Setiap tim perencana yang merancang intervensi perubahan perilaku harus memiliki pakar ilmu perilaku sebagai salah satu anggotanya, misalnya, seorang psikolog kesehatan yang terlatih.
  • Ketika mengembangkan intervensi perubahan perilaku, gunakan teori dan bukti, gunakan pendekatan sistem, dan tingkatkan partisipasi dalam intervensi.
  • Merencanakan intervensi perubahan perilaku adalah proses bertahap, langkah-demi-langkah, ketika setiap tahap dibangun berdasarkan tahap atau langkah sebelumnya. Protokol IM dapat membantu membimbing orang melakukan langkah-langkah tersebut.
  • ‘Proses inti’ dapat membantu psikolog kesehatan dalam menemukan jawaban teoritis atas pertanyaan-pertanyaan selama perencanaan.
  • Hal yang secara khusus relevan untuk perencanaan intervensi adalah: mengidentifikasi faktor penentu perilaku yang dapat berubah dan penting, dengan mempertimbangkan parameter teoretis yang membuat metode perubahan perilaku efektif, dan memastikan bahwa intervensi dilaksanakan sesuai rencana.

[Diterjemahkan oleh Astin Sokang]

Dukungan sosial dan perilaku kesehatan: Bagaimana beralih dari niat yang baik menjadi dukungan yang terampil

Oleh Urte Scholz, Universitas Zurich dan Gertraud (Turu) Stadler, Universitas Aberdeen

Dukungan sosial sudah menjadi hal yang sangat positif. Apa jeleknya memberikan bantuan kepada orang lain walau sedikit? Apa salahnya ada orang yang memasak makanan sehat saat Anda ingin makan yang lebih sehat, atau dihibur ketika Anda merasa sedih karena tidak berhasil berhenti merokok? Skenario ini saja sudah menunjukkan bahwa niat baik untuk membantu seseorang mungkin saja tidak cukup. Pasangan yang memasak makanan sehat untuk Anda atau saudara yang membanjiri Anda dengan informasi mengenai diet bisa membuat Anda merasa bahwa mereka lebih tau apa yang terbaik untuk Anda daripada diri Anda sendiri. Apakah Anda meminta bantuan dari mereka? Apakah mereka tidak percaya bahwa Anda bisa makan sehat sendiri? Jadi, apakah dukungan untuk mengubah perilaku seseorang selalu merupakan hal yang baik? Catatan ini bertujuan untuk membantu para praktisi memberi saran kepada klien tentang cara mencari dukungan sosial yang bermanfaat. Mari awali dengan menentukan apa yang merupakan dukungan sosial dan apa yang bukan.

Apa itu dukungan sosial?

Dukungan sosial adalah bantuan dari orang lain kepada seseorang yang berhadapan dengan masalah atau tantangan, seperti mencoba makan makanan yang lebih sehat. Dukungan bertujuan untuk memecahkan masalah atau setidaknya menghilangkan stres yang terkait dengan masalah tersebut. Ada tiga cara memberikan dukungan yang saling berkaitan satu sama lain: Salah satu cara adalah dukungan emosional, seperti menghibur dan membuat orang tersebut merasa dicintai, dipahami, dan diperhatikan ketika ia merasa tertekan karena sulit untuk makan lebih sehat. Cara kedua adalah dukungan praktis, yaitu, mengambil tindakan nyata untuk membantu, seperti membelikan makanan yang sehat. Cara ketiga adalah dukungan informasi, seperti memberikan ide cara makan sayur lebih banyak. Walaupun dukungan bisa datang dari siapa saja, penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dukungan datang dari orang-orang terdekat, seperti pasangan, keluarga, dan teman. Sumber dukungan yang penting bagi orang dengan masalah kesehatan sering kali adalah petugas kesehatan dan orang lain yang memiliki kondisi serupa.

Ada dua jenis dukungan, baik itu dukungan yang diharapkan di masa depan atau dukungan yang sudah didapatkan di masa lalu. Orang dapat membayangkan dukungan yang ia harapkan dari orang lain saat menghadapi situasi penuh tekanan di masa depan. Misalnya, seorang perokok yang ingin berhenti dapat membayangkan dukungan yang akan ditawarkan kepadanya oleh orang lain. Jenis dukungan ini disebut persepsi terhadap dukungan/ perceived support. Jenis dukungan ini lebih berkaitan dengan pandangan optimis terhadap masa depan daripada dukungan yang sebetulnya diterima saat ini. Persepsi terhadap dukungan bisa saja menjadi angan-angan, karena harapan terhadap dukungan tidak dapat diuji ketika menghadapi situasi yang penuh tekanan. Cara kedua untuk melihat dukungan adalah bertanya mengenai dukungan yang sudah didapatkan ketika seseorang menghadapi masalah/ actual support transactions. Dukungan ini adalah laporan mengenai dukungan yang benar-benar didapatkan. Contohnya, bantuan seperti apa yang didapat seseorang selama satu minggu terakhir ketika ia mencoba untuk makan makanan sehat? Kedua jenis dukungan ini tidak serta merta berkaitan satu sama lain. Anda bisa saja mengharapkan bahwa orang terdekat akan membantu saat dibutuhkan, tetapi Anda mungkin lupa bahwa Anda telah menerima banyak dukungan dan bantuan belakangan ini ketika mencoba makan lebih sehat.

Dukungan yang terampil untuk mengubah perilaku kesehatan

Dalam penelitian mengenai dukungan sosial dan perilaku kesehatan, banyak studi melaporkan efek positif dukungan untuk perilaku kesehatan. Namun, jika dilihat lebih dekat, banyak studi ini berfokus pada jenis dukungan pertama, persepsi terhadap dukungan/ perceived support yang sudah dijelaskan di atas. Harapan positif terhadap dukungan memang secara konsisten berkaitan dengan perilaku kesehatan yang lebih baik. Jenis dukungan yang kedua, transaksi dukungan aktual, hanya menerima sedikit sekali perhatian dalam penelitian, dan studi yang sudah ada pun menemukan efek yang beragam. Hasil yang beragam ini tampaknya muncul karena sejak awal intervensi gagal untuk meningkatkan dukungan. Secara keseluruhan, tidak ada jaminan bahwa dukungan sosial yang diberikan dengan maksud baik akan membantu ketika seseorang mencoba mengubah perilaku kesehatan. Justru, keberhasilan dukungan tampaknya bergantung pada

  • siapa yang memberikan dukungan (terkadang bantuan dari teman lebih baik daripada bantuan dari pasangan),
  • jenis kelamin pemberi dukungan (perempuan memberikan dukungan lebih baik untuk laki-laki dan perempuan),
  • kesesuaian antara kebutuhan dan dukungan yang diberikan, dan juga
  • kondisi ketika dukungan diberikan (apakah ada keseimbangan, atau justru berat sebelah, dalam memberi dan menerima dukungan).

Bahkan, ada penelitian yang menunjukkan bahwa menerima dukungan dapat membahayakan. Dukungan bisa menjadi berbahaya karena mungkin justru menimbulkan perasaan sedih atau perasaan tidak mampu mengatasi tantangan yang dihadapi seorang diri. Dukungan yang terampil/ skilled support — yaitu, dukungan dari orang-orang tepercaya yang dapat memenuhi kebutuhan Anda dan membuat Anda merasa dipahami, dihargai, dan diperhatikan ketika berusaha mengubah perilaku — mungkin merupakan pilihan terbaik. Dukungan yang terampil bergantung pada cara kedua belah pihak berkomunikasi satu sama lain: Orang yang ingin melakukan perubahan harus mengevaluasi kebutuhan pribadinya dan mengomunikasikan kebutuhan ini dengan jelas, serta secara aktif mencari dukungan dari orang-orang yang ia percaya dapat memberikan bantuan. Pemberi dukungan harus bertujuan memenuhi kebutuhan orang tersebut dengan cara yang terhormat dan responsif terhadap kebutuhan penerima dukungan.

Rekomendasi praktis

Jadi, apa yang harus dilakukan orang untuk dapat mendukung seseorang secara efektif, dalam hubungannya dengan perubahan perilaku kesehatan? Praktisi harus mendorong klien untuk mencari dukungan yang terampil dan mengomunikasikan hal tersebut dengan orang terdekat dan tenaga kesehatan. Untuk mendukung usaha orang lain untuk mengubah perilaku kesehatan secara efektif, ingatlah rekomendasi berikut:

  • Doronglah orang-orang yang ingin melakukan perubahan untuk mencari dukungan dari orang-orang terdekat yang dapat dipercaya dan berbicara dengan orang terdekat mengenai hal-hal yang dapat membantu. Hal ini mungkin juga termasuk ingin ditinggalkan sendirian!
  • Berlatih dengan klien untuk mengomunikasikan kebutuhannya saat berada dalam situasi tertentu dan memanfaatkan dukungan tersebut agar lebih berguna. Sebagai contoh, praktisi dapat melakukan permainan peran/ role play untuk berlatih berbagai skenario untuk meminta dukungan. Hal ini harus diiringi dengan peningkatan kesadaran bahwa dukungan adalah hal yang sangat individual dan tidak selalu membantu. Dengan demikian, penerima dukungan dapat berlatih memberikan bimbingan dan umpan balik yang membangun sehingga pemberi dukungan dapat memperbaiki dukungan yang ia berikan.
  • Berlatihlah untuk mengenali dukungan yang terampil. Mengubah perilaku seseorang adalah proses yang dinamis dan kebutuhan seseorang dapat berubah dari hari ke hari, sehingga adaptasi harus sering dilakukan.

[Diterjemahkan oleh Astin Sokang]

Intervensi yang sangat singkat

Oleh Stephen Sutton, Universitas Cambridge, Inggris

Masalah besar membutuhkan solusi besar. Untuk menangani perilaku ‘4 besar’ (ketidakaktifan fisik, merokok, konsumsi makanan dan alkohol yang berlebihan) perlu intervensi berskala besar pula sehingga dapat mencakup banyak orang agar mendapatkan dampak kesehatan yang luas. Salah satu pendekatan yang menjanjikan adalah penggunaan intervensi singkat yang dapat dilakukan oleh praktisi kesehatan di pusat layanan kesehatan. Sebagai contoh, di Inggris, Lembaga Kesehatan dan Layanan Prima Nasional (the National Institute for Health and Care Excellence) menyarankan agar praktisi kesehatan di pusat layanan kesehatan dapat memberikan saran mengenai aktifitas fisik secara ‘singkat’ dan disesuaikan dengan kondisi orang dewasa yang tidak aktif secara fisik. Saran ini dapat ditindaklanjuti dalam konsultasi berikutnya.

Sudah ada bukti mengenai efektivitas intervensi singkat. Meski demikian, masalah yang kerap muncul ketika menafsirkan bukti tersebut adalah adanya definisi/ makna berbeda untuk ‘saran singkat’ atau ‘intervensi singkat’. Sebagai contoh, sebuah ulasan memaknai saran singkat sebagai “berdurasi kurang dari 30 menit, atau diberikan dalam satu sesi pertemuan (mengijinkan peneliti untuk melakukan tindak lanjut hanya sebagai tambahan)”. Intervensi ‘singkat’ seperti ini tetaplah terlalu lama untuk dapat diterapkan dalam konsultasi di pusat layanan kesehatan, seperti puskesmas. Oleh karena itu, penelitian kami berfokus pada pengembangan dan evaluasi intervensi ‘sangat singkat’,

Banyak intervensi ‘singkat’ yang masih memakan waktu terlalu lama untuk dimasukkan dalam konsultasi rutin di pusat layanan kesehatan. Karena itu, penelitian kami berfokus pada pengembangan dan evaluasi intervensi ‘sangat singkat’, yang didefinisikan sebagai sesi tunggal yang berlangsung tidak lebih dari lima menit, untuk mengatasi ketidakaktifan fisik. Intervensi yang sangat singkat ini dapat digunakan dalam berbagai layanan kesehatan yang berbeda-beda, tetapi kami mengembangkan program ini untuk Program Pemeriksaan Kesehatan dari Layanan Kesehatan Nasional (the National Health Service (NHS) Health Check Programme) di Inggris. Kami mengundang orang dewasa berusia 40 hingga 74 tahun yang tidak tercatat dalam daftar orang dengan penyakit tertentu untuk melakukan pemeriksaan kesehatan vaskular/ pembuluh darah setiap lima tahun. Sebagian besar pemeriksaan ini dilakukan di layanan kesehatan pratama dan dilakukan oleh perawat dan asisten kesehatan. Mereka memiliki peluang yang ideal untuk memberikan intervensi perubahan perilaku yang sangat singkat kepada jutaan orang.

Untuk mengembangkan intervensi tersebut kami menggunakan pendekatan berulang yang menggabungkan bukti dan keahlian dari berbagai sumber, termasuk tinjauan sistematis, konsultasi dengan pemangku kepentingan, studi kualitatif, perkiraan biaya dan diskusi tim. Kami menetapkan isi intervensi yang sangat singkat tersebut agar sesuai dengan teknik-teknik peribahan perilaku. Sebagai contoh, intervensi sangat singkat berbasis pedometer/ alat pengukur langkah menggabungkan sembilan teknik perubahan perilaku yang berbeda, termasuk penetapan tujuan (perilaku), perencanaan tindakan dan pemantauan terhadap perilaku sendiri. Intervensi ini diberikan kepada partisipan dengan memberikan pedometer dan Bagan Langkah bersamaan dengan instruksi verbal seperti “Setiap minggu tetapkan tujuan Anda sendiri, misalnya 6.000 langkah sehari, dan kemudian tuliskan berapa banyak langkah yang dilakukan setiap harinya dan lihat apakah Anda berhasil mencapai tujuan yang sudah ditetapkan di awal”. Kami juga menyusun tiga jam sesi latihan dan petunjuk untuk para praktisi.

Intervensi sangat singkat yang berbasis teknik seperti di atas harus dibedakan dengan sekedar ‘memberi saran’. Nasihat biasanya melibatkan dorongan untuk berubah dan informasi mengenai bahaya dari kurangnya aktivitas fisik atau manfaat dari aktivitas fisik. Selain penting, akan sangat membantu jika praktisi juga memasukkan teknik seperti penetapan tujuan dan pemantauan diri yang dirancang untuk membantu orang untuk mengubah perilakunya.

Penelitian kami menunjukkan bahwa sangat mungkin untuk memasukkan intervensi sangat singkat dalam Pemeriksaan Kesehatan dan bahwa intervensi ini diterima dengan baik oleh para praktisi dan pasien. Temuan awal mengenai keberhasilan intervensi ini pun cukup menjanjikan. Berdasarkan aktivitas fisik yang diukur secara obyektif menggunakan akselerometer/ alat pengukur percepatan, intervensi sangat singkat berbasis pedometer diperkirakan memiliki efektivitas sebesar 73% (yaitu peningkatan aktivitas fisik relatif dibandingkan dengan kondisi kontrol tanpa intervensi). Namun, ketika kami menguji intervensi sangat singkat ini dalam percobaan yang lebih besar (N = 1.007), intervensi hanya memiliki efek positif, kecil, dan tidak signifikan pada aktivitas fisik yang diukur secara objektif dalam periode tiga bulan. Meski demikian, evaluasi ekonomi menunjukkan bahwa ada kemungkinan sebesar 60% bahwa intervensi ini akan menghemat biaya dalam periode jangka panjang jika dibandingkan dengan Pemeriksaan Kesehatan NHS saja. Dengan demikian, memberikan intervensi sangat singkat mungkin lebih baik daripada tidak melakukan apa pun.

Memang memungkinkan untuk meningkatkan efektivitas intervensi sangat singkat ini dengan memasukkan komponen intervensi tambahan. Tantangannya adalah untuk tetap melakukan intervensi ini tanpa meningkatkan biaya apapun. Salah satu pendekatan adalah menggabungkan intervensi tatap muka sangat singkat oleh praktisi kesehatan dengan intervensi ‘digital’ yang memberikan pasien dukungan berkelanjutan untuk melakukan perubahan perilaku. Kombinasi tatap muka dan digital mungkin lebih efektif daripada hanya salah satu saja. Kami telah menggunakan salah satu versi model intervensi ini dalam penelitian untuk meningkatkan jumlah orang yang berhenti merokok di layanan kesehatan pratama, di mana komponen digital disusun dalam program 90 hari, yaitu dengan mengirimkan pesan khusus ke ponsel perokok.

Rekomendasi

  • Ada bukti yang menunjukkan efektivitas intervensi singkat untuk mengubah perilaku seperti merokok dan meningkatkan aktivitas fisik. Tetapi banyak intervensi tersebut memakan waktu terlalu lama untuk dimasukkan dalam konsultasi rutin dengan pasien.
  • Pertimbangkan untuk menggunakan intervensi sangat singkat, yang didefinisikan sebagai tidak lebih dari lima menit. Bukti efektivitasnya lebih lemah daripada intervensi singkat. Tetapi memberikan intervensi sangat singkat mungkin lebih baik daripada tidak melakukan intervensi sama sekali.
  • Daripada hanya ‘memberi saran’, lihatlah intervensi sangat singkat ini sebagai satu atau lebih teknik perubahan perilaku. Sebagai contoh, mungkin dapat membantu jika praktisi meminta pasien untuk memantau perilakunya atau membuat rencana tindakan spesifik dengan menuliskan kapan, di mana dan bagaimana mereka akan meningkatkan aktivitas fisik atau menghindari camilan yang menggoda.
  • Tugaskan pasien untuk menggunakan sumber-sumber yang berguna (mis. Aplikasi gawai atau membentuk kelompok jalan kaki) merupakan hal yang mudah dilakukan dan dapat meningkatkan dampak intervensi. Mengatur janji untuk tindak lanjut juga dapat membantu.
  • Buatlah agar setiap pertemuan menjadi bermakna. Setiap kali Anda bertemu pasien, Anda memiliki peluang untuk mengatakan sesuatu mengenai perubahan perilaku. Efek tambahan dari banyaknya praktisi yang menggunakan intervensi sangat singkat dengan banyak pasien adalah kemungkinan dampak kesehatan yang signifikan bagi masyarakat.

[Diterjemahkan oleh Astin Sokang]

Menggunakan Psikologi Kesehatan dalam praktik sehari-hari Anda

Karen Morgan, Universitas Perdana – Sekolah Tinggi Bedah Royal di Fakultas Kedokteran Irlandia, Kuala Lumpur, Malaysia dan Robbert Sanderman, Universitas Groningen dan Universitas Kesehatan dan Teknologi Twente, Belanda.

Apa yang praktis mengenai psikologi kesehatan?

Psikologi kesehatan adalah disiplin psikologi yang masih muda, dinamis dan berkembang pesat. Psikolog kesehatan berfokus pada penerapan teori dan penelitian psikologis untuk:

  • mempromosikan dan menjaga kesehatan dan mencegah sakit,
  • memahami bagaimana orang bereaksi terhadap, mengatasi dan pulih dari sakit,
  • personalisasi perawatan dan intervensi (menyusun perawatan dan intervensi agar sesuai dengan kebutuhan individu),
  • meningkatkan sistem layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan.

Psikologi kesehatan bertanya: Apa yang mendorong perilaku yang berkaitan dengan kesehatan, dan bagaimana perilaku ini dapat diubah? Psikologi kesehatan juga meneliti bagaimana emosi dan keyakinan seseorang berhubungan dengan perilaku sehat dan konsekuensinya. Oleh karena itu, psikolog kesehatan bekerja di berbagai lingkungan dan kelompok orang. Termasuk juga dengan pasien, pengasuh dan keluarga, individu dalam kelompok masyarakat, tenaga kesehatan, dan sistem serta institusi kesehatan. Akibatnya, beberapa konsep dasar psikologi kesehatan relevan bagi siapa saja yang bekerja dengan pasien atau mempromosikan perubahan perilaku.

Mempromosikan dan menjaga kesehatan dan mencegah sakit

Sementara beban penyakit kronis meningkat dengan cepat di seluruh dunia, banyak dari penyakit tersebut dapat dicegah. Penelitian epidemiologis telah menunjukkan bahwa pencegahan pertama (mis., mengurangi faktor risiko penyakit kardiovaskular- penyakit yang berkaitan dengan jantung dan pembuluh darah) lebih efektif daripada pencegahan sekunder untuk mengurangi kematian akibat penyakit kardiovaskular. Psikologi kesehatan memiliki kontribusi besar untuk mengurangi faktor risiko penyakit di masyarakat dengan mengidentifikasi perilaku tertentu (misalnya, merokok, pola makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, melakukan pemeriksaan klinis) dan menargetkan perubahan perilaku-perilaku tersebut.

Psikologi kesehatan berfokus pada mekanisme psikologis (mis., pengetahuan, sikap, kognisi) dan pengaruh sosial yang mungkin menghambat perubahan dan justru mengarah pada pola perilaku tidak sehat yang berkelanjutan. Pemahaman yang lebih baik tentang proses-proses tersebut membantu psikolog kesehatan mengidentifikasi cara terbaik dalam mendukung orang untuk keluar dari rutinitas yang tidak sehat dan, misalnya, berhenti merokok atau meningkatkan konsumsi buah. Pengembangan dan penggunaan aplikasi eHealth terus meningkat di bidang ini, dan penggunaan teknik perubahan perilaku melalui Aplikasi dan perangkat lunak memberikan peluang yang sangat besar bagi psikologi kesehatan.

Memahami bagaimana orang bereaksi terhadap, mengatasi, dan pulih dari sakit

Sakit memiliki efek psikologis yang dapat memengaruhi pemulihan. Individu mungkin mengalami stres, gelisah atau depresi, atau berusaha memahami makna penyakit tersebut bagi identitas dirinya. Psikolog kesehatan mencoba agar lebih memahami cara terbaik dalam mendukung individu yang mengalami sakit/ suatu penyakit, sambil tetap memperhatikan kaitan yang rumit antara kognisi, koping, hasil/ akibat dan perilaku kesehatan lain yang penting (mis., kepatuhan minum obat pada kelompok masyarakat yang berbeda). Psikolog kesehatan akan secara kritis mempertimbangkan definisi dan pengukuran perilaku utama yang berkaitan dengan penyakit/ sakit, misalnya: Bagaimana kepatuhan minum obat dapat diukur? Sampai pada batas mana kepatuhan minum obat ‘bisa diterima’? Berbagai teori dan model digunakan untuk menjelaskan dan memprediksi perilaku dan akibat yang berhubungan dengan penyakit, dan mendasari perancangan intervensi untuk membawa perubahan positif dalam perilaku. Psikolog kesehatan juga mencoba mencari tahu bagaimana dan untuk siapa intervensi tersebut paling efektif.

Personalisasi perawatan dan intervensi

Psikolog kesehatan ingin mengetahui bagaimana, misalnya perubahan tujuan atau keterampilan sosial dapat mengarah pada hasil yang lebih baik, misalnya, meningkatnya manajemen diri atau memunculkan dukungan sosial; hasil ini menyiratkan adanya efek mediasi. Temuan seperti ini sangat penting karena dapat digunakan untuk memperbaiki intervensi sebab seperti membuka kotak hitam intervensi, hasil akan menunjukkan aspek mana yang bekerja efektif dan memengaruhi hasil ketika diubah. Selain itu, sangat penting untuk mengetahui apa yang paling cocok untuk siapa. Misalkan, intervensi Perilaku Kognitif atau Mindfulness dapat membantu pasien kanker untuk mengatasi implikasi penyakitnya, namun beberapa individu tidak mengalami perubahan ketika tindakan diberikan. Teknik penelitian memungkinkan kita untuk mengetahui apakah pasien dengan karakteristik tertentu (seperti jenis kelamin, usia, atau karakteristik kepribadian) merespons lebih baik atau lebih buruk terhadap tindakan tertentu. Pengetahuan ini sangat membantu untuk menentukan perawatan mana yang paling cocok untuk siapa – personalisasi perawatan; menyusun perawatan dan intervensi agar sesuai dengan kebutuhan individu secara khusus.

Meningkatkan sistem layanan kesehatan dan kebijakan kesehatan

Cara dokter, perawat dan tenaga kesehatan lainnya berinteraksi dengan pasien dapat berdampak signifikan pada respons pasien terhadap penyakit dan perawatannya. Selain bekerja sama dengan pasien, perawat dan keluarga, psikolog kesehatan juga dapat bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya. Psikologi kesehatan memiliki peran penting dalam pendidikan para tenaga kesehatan dengan mempromosikan perawatan yang berpusat pada pasien yang memfasilitasi peningkatan manajemen diri, memungkinkan individu untuk memiliki kontrol atas kesehatannya sendiri dan membantu individu untuk mengambil pilihan terbaik. Termasuk juga mengamati gaya komunikasi para tenaga kesehatan dan menemukan cara untuk mencocokkan gaya berkomunikasi tersebut dengan kebutuhan pasien agar dapat meningkatkan hasil layanan kesehatan. Jadi, sebagai contoh, di berbagai negara Departemen Psikologi Kesehatan di Rumah Sakit Akademik melatih mahasiswa kedokteran.

Menjangkau Psikolog Kesehatan

Jika pekerjaan Anda berkaitan dengan masalah yang dijelaskan di atas dan Anda ingin mendapatkan perkembangan terbaru di bidang ini, kami sarankan untuk terus mengikuti Blog Psikologi Kesehatan Praktis. Selain itu, jika Anda memerlukan bantuan praktis, jangan ragu untuk menghubungi Departemen Psikologi Kesehatan di negara Anda dan meminta bantuan mereka. Bantuan tersebut bisa berupa apa saja, mulai dari menjawab pertanyaan singkat hingga berkolaborasi, misalnya membuat proyek promosi kesehatan.

[Diterjemahkan oleh Astin Sokang]

Memanfaatkan imajinasi Anda: Menggunakan kekuatan mental imagery untuk mengubah perilaku kesehatan

Martin S. Hagger, Universitas Curtin, Australia dan Universitas Jyväskylä, Finlandia dan Dominic Conroy, Universitas Birkbeck London, Inggris

Apa itu mental imagery?

Orang biasanya cukup mudah membayangkan sesuatu. Misalnya, orang seringkali membayangkan tindakan atau skenario masa depan dalam pikirannya, atau melamun tentang berbagai kemungkinan yang menyenangkan. Bayangan yang ada biasanya tidak terstruktur dan muncul begitu saja. Psikolog berusaha menelusuri apakah memungkinkan untuk menggali manfaat kapasitas imajinasi sebagai salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan seseorang dalam mencapai tujuan yang diharapkan.

(more…)

Kekuatan Perencanaan

Peter M. Gollwitzer, Universitas New York

Setiap orang memiliki kebiasaan buruk. Anda mungkin makan makanan ringan/ngemil saat merasa tertekan atau minum banyak alkohol saat bersantai bersama teman-teman. Anda mungkin menjadi lebih tertekan karena media sosial telah membuat Anda tidak menyelesaikan tugas yang mendesak, atau dengan berdebat dengan rekan kerja, teman, dan keluarga. Bagaimana Anda bisa mengubah kebiasaan buruk ini?

(more…)

Fear is a bad counsellor

Ketakutan adalah konselor yang buruk

Dr Gjalt-Jorn Peters, Universitas Terbuka, Belanda

Menampilkan ketakutan adalah strategi yang umum digunakan untuk mengubah perilaku. Misalnya, komunikasi yang mengancam dan membangkitkan rasa takut yang ada pada kemasan tembakau/ rokok, dan dalam kampanye promosi penggunaan sabuk pengaman dan mencegah penggunaan narkoba. Terlepas dari popularitas dan penggunaan yang luas dari metode pembangkit rasa takut ini, penelitian menunjukkan bahwa cara tersebut mungkin bukanlah cara terbaik untuk mengubah perilaku, atau untuk meningkatkan kesadaran atau mendidik orang.

(more…)

E-health: hiperbola dan harapan

Rik Crutzen, Universitas Maastricht, Belanda

Saat ini, hampir semua orang menggunakan internet, sepanjang waktu dan untuk berbagai kegiatan: mulai dari membeli makanan sampai mengirim gambar kucing lucu ke teman yang ada di belahan dunia lain. Semua itu sangat mungkin dilakukan. Lagi pula, internet kini juga semakin banyak digunakan dalam bidang kesehatan – dan sering disebut sebagai e-health.

(more…)

Apakah uang dapat mengubah segalanya? Menggunakan insentif keuangan dan disinsentif untuk mengubah perilaku kesehatan

Dr Jean Adams, Pusat Penelitian Diet & Aktivitas, Universitas Cambridge

Sejak Oktober tahun lalu, secara hukum, pengecer besar di Inggris membebani pelanggan sebanyak 0.5 sen (Rp.1024,-) untuk ‘kantong plastik sekali pakai’ – kantong plastik tipis yang digunakan untuk membawa barang belanjaan dari pasar atau supermarket. Uang yang terkumpul kemudian disumbangkan oleh pengecer untuk ‘tujuan yang baik’. Dalam enam bulan pertama, penggunaan kantong plastik oleh supermarket besar menurun lebih dari 90% (berkurang 7 miliar tas!) dan lebih dari £29 juta (lebih dari Rp.546 miliar) disumbangkan untuk tujuan yang baik. Sulit untuk tidak menyimpulkan bahwa disinsentif finansial yang kecil dapat berdampak besar pada perilaku kita.

Apakah insentif finansial untuk perubahan perilaku kesehatan juga dapat berhasil?

Jadi bagaimana dengan menggunakan insentif keuangan, dan disinsentif, untuk mengubah perilaku kesehatan masyarakat? Gagasan ini semakin populer. Beberapa negara di Amerika Tengah dan Selatan telah mencoba program insentif keuangan berskala besar untuk mendorong para ibu mengikuti perawatan kehamilan, mengimunisasi anaknya, dan mengirimkan anak ke sekolah. Setiap kali para ibu melakukan perilaku yang diharapkan oleh program, mereka menerima bayaran tunai secara langsung dari pemerintah. Ada bukti yang menggembirakan bahwa program-program ini dapat membawa dampak positif pada kesehatan anak di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

(more…)

Memahami kebiasaan: Menerapkan ilmu pembentukan kebiasaan ke dunia nyata

By Benjamin Gardner, King’s College London

What is a ‘habit’?

Apa itu ‘kebiasaan’?

Mengapa kita makan popcorn sambil nonton film? Jawabannya, bagi sebagian besar orang, adalah makan popcorn adalah respons kebiasaan ketika nonton film. Psikolog mendefinisikan perilaku ‘kebiasaan’ sebagai tindakan yang terjadi secara otomatis, karena asosiasi yang telah dipelajari antara situasi (bioskop) dan respons kita terhadapnya (makan popcorn).

(more…)